Perjalanan Terakhir

Label:

Apalah artinya hidup tanpa masa lalu yang bisa dikenang. Masa lalu. Akan sepi dan beku sekali kalau kita tidak punya masa lalu yang memenuhi ingatan. Hidup hanya sebuah rutinitas seperti mesin, mengejar sesuatu yang kita sendiri tidak paham. Bangun di pagi hari dengan mata masih mengantuk, segera bangun untuk mandi dan bepakaian, kemudian hilang ditelan debu. Tapi akan sangat menyedihkan sekali, kalau masa lalu yang kita punya selalu menghantui mimpi-mimpi dan membuat mata sulit dipejamkan dengan nyamuk nyamuk berdengung diseputar telinga. Ingin ditampar saja telinga itu tapi takut akan memecah gendang telinga dan menjadi tuli. Akhirnya hanya bisa membuka mata dalam gelap sampai lelah ketika ayam sudah berkokok dan kemudian tertidur tanpa sadar kapan.

Sebuah awal perjalanan dengan pagi yang indah, sinar matahari yang tidak begitu menyengat. Kendaraan umum yang sempit dan berjubelan orang-orang yang menumpang. Bergerak pelan, menimbulkan bunyi berisik, menyemprotkan asap hitam, membuat wajah yang terkena menjadi kusam dan legam dipenuhi jelaga, melenyapkan gosokan sabun dan bilasan air ketika mandi. Jalanan masih sepi. Sebuah kedai kopi, disana aku mampir, memesan segelas kopi panas dengan uap membumbung ke udara. Kuseruput perlahan dengan sebatang rokok. Aku harap ini adalah rokok terakhirku.

Aku ingin kembali berbaring, aku ingin tidur terus seperti Kumbakarna, tidak perduli pada dunia sekitar yang selalu bertempur memperebutkan sesuatu. Tapi aku tidak bisa meninggalkan semua ini, ini harus kulakukan, masih banyak urusan yang mesti kuselesaikan.

Siang datang kemudian. Peluh membasahi pakaian dan wajahku. Terasa kumal sekali, aku ingin mandi lagi agar segar lagi. Mau kemana aku hari ini, sudah demikian banyak aku bertemu dengan rasa bosan, yang tersisa hanyalah harapan. Sementara Orang-orang mulai pulang, suara-suara ribut mulai hilang satu demi satu.

Siang beranjak sore. Semuanya telah sepi, semuanya telah pergi, suara ribuan nyamuk yang berdengung seolah mencibirku, sekarang sepi tanpa suara sama sekali.

***

Tangisan dalam kegelapan, linangan air mata, sedu sedan dan isakan menyayat, sebuah pengaduan, takut, cemas, putus asa. Ia mengandung dalam hatiku. Akibat perjalanan di malam yang dingin dan kelam, jalanan aspal dengan berbagai macam kelipan lampu. Derit ranjang ditengah sinar lampu temaram, semakin lama semakin cepat dan tiba-tiba tersentak, terhenti, terhempas dengan tubuh basah dibanjiri peluh, lelah, takut, senang dan sedih.

Aku harus kesana menemuinya, bersikap sebagai seorang ksatria, membuktikan kalau aku bukan hanya pengecut yang hanya berani berbuat. Butuh kesabaran serta ketabahan tanpa batas. Sendiri menghadapi kenyataan yang terasa semakin suram. Masa depan ? aku tidak tahu bagaimana dan apa bentuk masa depanku nantinya. Yang jelas tidaklah seindah gambaran-gambaran sinetron, atau film-film India. ini adalah fakta, lebih keras dan lebih kejam dari keduanya.

Dengan kereta malam aku berangkat, jalanan didekat stasiun dipenuhi debu. Kawan yang mengantar hanya bisa berkata, “Jalani saja hidupmu. Tetaplah berjuang selagi bisa! Jangan pernah berhenti berjuang!”

Kulambaikan tangan, kunaiki kereta. Kereta kemudian bergerak, menderu kencang, menembus malam, angin dingin dan asap. Kubuka jendela kaca, angin malam menerpa wajahku. Teori-teori yang kuketahui, sama sekali tidak berguna sekarang. Bertahan hidup! Entah dengan apa. Kata-kata yang keluar dari mulut orang-orang yang kutemui, kengerian, kesedihan, bercampur aduk dalam kepalaku yang semakin hitam ini. Tak terasa aku tertidur, kepalaku terkulai membentur besi pengaman jendela yang biasa digunakan untuk pegangan atau menggantung sesuatu. Aku terbangun dengan kepala perih. Kualasi dengan telapak tangan, kepalaku, aku tertidur lagi.

Aku terbangun, kereta ini masih berjalan menembus kegelapan yang semakin dingin. Baru kusadari entah di mana aku berhenti, sementara hidup hanya menunggu kematian.

Mungkin harus kuakhiri perjalanan ini..

0 komentar:

 
DeniPriyatin Blog © 2010 | Designed by My Blogger Themes | Blogger Template by Blog Zone